Tampilkan postingan dengan label Tips. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tips. Tampilkan semua postingan

Kamis, 06 Desember 2012

2 Tips Fotografi Malam (Nigthscapes)


Hai sobat exzo, ketemu lagi dengan saya, kali ini saya akan membagikan tips fotografi malam atau pada cahaya rendah. Disini akan saya jelaskan agar sobat exzo bisa mendapatkan hasil yang menakjubkan pada waktu memotret di malam hari, karena ada tantangan tersendiri bagi seorang fotografer memotret pada malam hari dimana tidak ada cahaya matahari sama sekali. Berikut ini sedikit tips dari saya.

ISO dan Shutter Speed
Mulailah mencoba mengambil gambar dengan ISO rendah dan diikuti dengan setelan shutter speed yang menyesuaikan  untuk mendapatkan contrast bagus dan sedikit noise.

Aperture
Untuk aperture gunakan f/11 atau f/16 agar mendapatkan DoF (Depth of Field) lebih, sehingga akan banyak obyek yang akan tertangkap kamera.

Waktu yang tepat
Maksud dari waktu yang tepat disini adalah, pilihlah waktu yang paling baik (sesuai konsep anda masing-masing), sebagai contoh pemandangan kota dimalam hari setelah hujan deras akan sangat bagus untuk diambil gambarnya, karena jalanan yang basah akan memantulkan lampu kota, dan akan menjadikan hasil foto lebih dramastis.

Tripod
Tripod wajib digunakan untuk memotret di malam hari, karena memotret dimalam hari membutuhkan exposure yang panjang. Menggunakan tripod akan mengurangi guncangan agar gambar lebih tajam.

White Balance (WB)
cobalah beberapa filter White balance untuk mendapatkan efek warna yang berbeda pada masing-masing frame.

Demikian tadi sedikit tips dari saya, semoga bisa membantu sahabat exzo dalam memotret malam, disamping itu teruslah berlatih agar mendapatkan hasil yang menakjubkan. Oke sobat exzo sampai jumpa pada postingan saya berikutnya.

Sabtu, 17 November 2012

0 Tips Foto Panning


Hai sobat exzo dimanapun anda berada, jumpa lagi dengan saya, kali ini saya akan mengulas tentang salah satu teknik dalam fotografi, yaitu teknik panning. Tekhnik panning adalah memotret dengan cara menggerakan kamera searah dengan gerakan obyek yang akan di bidik, yang akan memberikan kesan bergerak pada sebuah obyek, karena obyek utama tetap tajam, sedangkan background akan kabur. Berikut ini tips dari saya

Background warna-warni
Carilah background yang berwarna-warni dan cerah, agar hasil foto semakin menarik.

Set Kamera Shutter Priority (S/Tv)
Gunakan mode shutter priority  T atau Sv agar bisa mengatur shutter speed di angka yang lebih rendah.

Set Shutter Speed
Shutter speed yang paling bagus untuk melakukan panning adalah 1/20 detik untuk sepeda, 1/50 detik untuk memotret mobil, 1/100 sampai 1/200 detik Untuk Balap Mobil atau Motor.

Jangan Gunakan Tripod
Agar lebih luwes atau leluasa dalam mengikuti gerakan obyek yang akan di potret jangan menggunakan tripod.

Gerakan Tangan Luwes
Arahkan kamera megikuti obyek yang bergerak dan pencet separuh tombol release untuk mengambil fokus, usahakan gerakan tangan luwes dan bergerak selembut mungkin, agar foto lebih tajam dan menarik. Saat tangan sudah seirama dengan gerakan obyek, pencet tombol release untuk mengambil exposure.

Demikian tadi tips dari saya untuk sobat exzo yang ingin mencoba teknik panning, sering-seringlah berlatih agar kemampuan sobat exzo semakin terasah dan gerakan tangan semakin luwes dalam memotret panning. Sampai jumpa pada postingan saya berikutnya.

Rabu, 14 November 2012

1 Macam-Macam Teknik Fotografi


Hai sobat exzo gimana kabarnya? kita berjumpa lagi nih, kali ini saya akan menulis tentang beberapa teknik dalam fotografi, semoga bisa menambah wawasan sobat exzo mengenai fotografi. Berikut ini beberapa tekniknya

Macro
Teknik macro adalah memotret dengan objek benda-benda kecil, Misalnya Serangga, bunga, dll. Teknik ini memakai speed sedang, tetapi apabila cahaya mendukung memakai speed  tinggi lebih disarankan. sesuaikan ISO dengan mempertimbangkan noise yang dihasilkan. teknik ini memerlukan tripod agar hasil lebih tajam.


Landscape
Teknik ini object utamanya adalah pemandangan. Dalam memotret landscape gunakan aperture yang sempit dan angka F lebih besar misal  f/10, f/14, f/16, dst, agar ruang fokus semakin lebar sehinggal akan mempertajam gambar. speed 1/125 keatas dan ISO usahakan yang rendah. Teknik ini memerlukan tripod.


Zooming
Teknik Zooming adalah teknik foto untuk memberikan kesan bergerak. Teknik ini bisa dilakukan dengan cara mengubah panjang fokus lensa, so teknik ini mutlak membutuhkan lensa zoom, karena perubahan panjang fokus lensa hanya bisa dilakukan dengan menggunakan lensa zoom. Shutter speed harus tidak lebih daro 1/30 detik untuk mendapatkan kesan bergerak. Dan agar lebih maksimal dan lebih tajam harus menggunakan tripod.


Human Interest
Teknik ini adalah teknik menghasilkan foto yang bercerita, maksud saya disini dari melihat foto kita sudah bisa mengetahui maksud dari foto itu. Judul foto memgang pernan penting dalam teknik ini, maka dari itu pintar-pintarlah memberi judul untuk foto HI UHuman Interest). Tidak ada aturan baku untuk teknik ini, Shutter speed, ISO, aperture, dll menyesuiakan dengan kondisi lapangan dan object yang diambil gambarnya.


Panning
Teknik panning adalah memotret dengan cara menggerakan kamera mengikuti gerakan obyek yang ingin di potret, sehingga obyek akan tampak fokus (tajam) sementara background akan tampak kabur (blur). Untuk mendapatkan hasil maksimal dalam mengambil gambar jangan menggunakan tripod supaya lebih luwes, set kamera pada Shutter Priority, cari background yang berwarna-warni. baca panning untuk lebih jelas mengenai panning


Bulb
Teknik ini menggunakan speed antara 15s, 20s, 30s. Teknik ini membutuhkan tripod, dan remote shutter release, dah usahakan memakai ISO serendah mungkin. Teknik ini dilakukan dengan cara menahan shutter speed lebih lama untuk merekam cahaya. Obyek yang sering dipakai untuk teknik ini seperti: Jalan Tol, Gedung bertingkat dll.



Sobat Exzo, sebenarnya masih banyak teknik-teknik dalam fotografi yang belum saya tuliskan, tapi sementara hanya ini dulu yang dapat saya sampaikan kepada sobat exzo, teknik lain akan saya sampaikan pada postingan saya berikutnya. Sampai jumpa pada postingan saya berikutnya.

Selasa, 13 November 2012

0 Tips Memaksimalkan Penggunaan Flash Built-In



Hai sobat exzo bagaimana kabarnya? semoga dalam keadaan baik-baik saja, ketemu lagi dengan saya nih yang pada kesempatan kali ini akan membagikan tips-tips memotret untuk sobat exzo semua. Kali saya akan memberikan tips menggunakan flash built-in, karena fasilitas flash built-in ini sangat jarang digunakan oleh orang-orang, dengan alasan cahaya flash built-in terlalu kuat, dan cenderung overlighting. Mereka cenderung memakai cara mininggikan ISO pada setelan kameranya, daripada memakai flash built-in. berikut ini tips agar mendapatkan hasil maksimal dalam menggunakan flash built-in.

Gunakan Difuser
Difuser berfungsi untuk menyebarkan cahaya, agar cahaya tidak bertumpuk pada satu fokus. Di Indonesia para fotografer lebih sering memakai difuser buatan sendiri, hanya dengan menggunakan kertas yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk dilekatkan di depan flash, untuk membelokan cahaya ke samping atau ke samping.

Dekat dengan Object
Karena keterbatasan jangkauan cahaya dari flash built-in, maka mendekatlah dengan object yang akan di ambil gambarnya untuk mendapatkan hasil yang sempurna (2-3 meter).

Fill in Flash
Flash built-in sangat membantu pada saat menerapkan teknik fill in flash sewaktu memotret di siang hari, dengan background yang terlalu cerah,  model hanya terlihat seperti siluet. Dengan teknik fill in flash ini model akan lebih terlihat detailnya, dari pada tidak menggunakan lampu flash.

Sobat exzo demikian tips dari saya, semoga tips ini dapat membantu sobat exzo dalam memaksimalkan fungsi  dari Flash built-in. Sampai jumpa pada postingan saya berikutnya.



Jumat, 09 November 2012

0 Tips Menghemat Baterai Kamera Saat Hunting di Pelosok


Hai sobat exzo, bagaimana kabarnya, semoga dalam keadaan baik semua. Baiklah kali ini saya akan membagi tips menghemat baterai kamera pada saat hunting.

Tidak dapat dibayangkan, disaat sedang ikut hunting photo di daerah pelosok yang belum ada listrik, atau  sudah teradapat listrik tetapi tidak menemukan colokan listrik, stok baterai cadangan habis, sementara acara puncak masih belum dimulai, dan ternyata di situ banyak terdapat momen-momen penting, alangkah menyesalnya jika sobat exzo mengalaminya.

Agar terhindar dari hal-hal seperti yang saya sebutkan diatas, coba sobat exzo ikuti tips dari saya berikut ini.

Selektif Dalam Memotret
Fokuslah dengan tujuan utama dahulu, sebelum tujuan utama belum tercapai jangan asal jepret, karena akan menyebabkan boros baterai dan memory.

Non Aktifkan Auto Review
Pada kamera DSLR dan Pocket pasti memiliki fitur ini, Non Aktifkan Fitur ini karena akan membuat baterai bekerja extra.

Tambah ISO kurangi Flash
Built in flash pada kamera sangatlah memboroskan baterai, tambah poin ISO agar kebutuhan akan flash berkurang. Lebih extreem lagi tanpa memakai flash sama sekali agar baterai lebih hemat lagi.

Minimalisir Menyalakan Layar LCD
walaupun LCD pada kamera hanya berukuran 3 inch, tetapi kamera akan membutuhkan banyak energi listrik untuk menyalakannya. Jangan menggunakan fasilitas live view, dan gunakanlah view winder untuk membidik object.

Non Aktifkan IS/VR (Image Stabilizer/Vibration Reduction)
Dengan menonaktifkan fungsi ini, baterai akan 20% lebih awet. Image stabilizer/vibration reduction menguras banyak energi untuk menggerakan elemen didalam lensa untuk mengurangi shake agar foto lebih tajam.

Non Aktifkan Sensor Cleaning
Untuk type kamera tertentu memiliki fitur sensor cleaning, sensor ini akan aktif setiap kamera dinyalakan. Untuk menghemat konsumsi baterai non aktifkanlah fitur ini, sehingga bisa untuk menghemat baterai kamera.

Gunakan Manual Fokus
Cara terakhir ini diperuntukan bagi yang sudah mahir dalam memotret karena apabila belum mahir dalam memotret menggunakan manual fokus, justru akan membuat boros baterai, karena cenderung memotret berulang-ulang untuk mendapatkan hasil (fokus) yang diinginkan.

Nah sobat exzo, sekian dulu ya tips dari saya semoga bisa membantu sobat exzo dalam memanajemen pemakaian baterai dalam hunting di pelosok desa. Saya mau lihat pertandingan tinju Chris John dulu, sampai jumpa pada postingan saya berikutnya.

Jumat, 02 November 2012

0 Memahami fungsi mode program (dial) pada kamera DSLR


Hai sobat Exzo, kali ini saya akan membagikan info bagi sobat exzo yang baru belajar di dunia fotografi. Kali ini saya akan menjelaskan fungsi-fungsi yang ada pada dial mode kamera DSLR, karena ada bermacam-macam fungsi pada dial kamera DSLR semoga akan membantu sobat exzo dalam  menekuni dunia fotografi.

ada beberapa mode pemotretan yang dapat sobat exzo lihat seperti pada  gambar dibawah ini.



Mode full otomatis, ditandai dengan kotak berwarna  hijau yang bertuliskan AUTO, pada mode ini berarti setting kamera pada setelan otomatis, mulai dari itensitas cahaya, fokusing semua akan diatur oleh kamera secara otomatis.

Mode semi otomatis, ditandai dengan kode A (Av), S (Tv), P untuk pilihan shutter priority, dan aperture priority. gambar-gambar icon adalah untuk scene programs, seperti macro, sports, landscape, nightime, dan portrait.

Mode full manual, ditandai dengan kode M. Pada mode ini maka setting kamera harus disesuaikan secara manual untuk mendapatkan hasil foto yang maksimal, tentunya mode ini cocok bagi yang sudah mahir dalam fotografi.

mode diatas terdapat pada kamera DSLR, untuk kamera poket dan semi DSLR (prosumer) variasi fiturnya akan berbeda satu dengan yang lainya. Mode full manual tentunya tidak ada dalam kamera poket, tetapi bukan berarti kamera poket tidak bisa menghasilkan foto yang bagus.

sekian dulu informasi dari saya, semoga membantu sobat exzo yang baru terjun ke dunia fotografi.

Selasa, 30 Oktober 2012

1 Merubah Lensa Kit menjadi Lensa Makro menggunakan Reverse Ring


Hai sobat exzo, jumpa lagi dengan saya yang pada kesempatan kali ini akan membagi tips dan trik bagi sobat exzo semua. Kali ini saya akan membahas tentang cara mendapatkan lensa makro dari lensa kit dengan menggunakan reverse ring.

Wah kok bisa.. bagaimana mungkin? pasti itu pertanyaan yang ada dibenak sobat exzo sekalian, memang sih kalau dilihat agak janggal saat kita pasang lensa prime 50mm atau lensa kit 18-55mm secara terbalik pada body kamera DSLR (ujung depan lensa menempel di body kamera) tapi memang begitulah cara agar mendapatkan lensa makro dari lensa kit yang memang bukan spesifikasi untuk makro. Alat tambahan yang digunakan untuk memasang lensa pada body kamera tersebut bernama reverse ring berikut ini penampakannya.



Alternatif ini menjadi pilihan banyak fotografer yang menginginkan lensa makro tanpa harus membeli lensa makro, karena kita hanya membutuhkan reverse ring yang harga nya relatif murah (ada yang dibawah Rp 100rb).

Cara memakai reverse ring juga sangat mudah kita tinggal pasang reverse ring pada body kamera sebelum lensa, lalu pasang lensa terbalik pada reverse ring yang sudah dipasangkan tadi. selesai kamera dengan lensa makro siap untuk digunakan memotret serangga atau objek lainya.

Tetapi menggunakan cara ini ada kekurangannya, yaitu kita akan kehilangan koneksi elektronik, antara kamera dan lensa. Sehingga fungsi autofokus tidak bekerja dan harus diset secara manual. Namun metering masih berfungsi seperti biasa, cukup gunakan mode P (program) atau aperture priority.

Demikian tadi tips dan trik dari saya, semoga dapat membantu sobat exzo dalam mendalami hobi  foto makro. Sampai jumpa pada postingan saya berikutnya.

Sabtu, 20 Oktober 2012

0 Tools Wajib Pengguna Kamera DSLR

Hai sobat Exzo, jumpa lagi dengan saya, kali ini saya akan menulis artikel mengenai alat pendukung kamera yang wajib dimiliki pengguna kamera DSLR. Karena seseorang yang mempunyai kamera DSLR (Body kit dan Lensa), pasti timbul keinginan untuk membeli accesories atau alat pendukung lagi. Karena alat pendukung kamera sangat penting peranannya dalam menunjang hobi foto, khususnya yang ingin menjadi fotografer profesional. berikut alat dan accesories yang wajib dimiliki.

Tas Kamera / Camera Case.
Accesories yang satu ini merupakan accesories yang paling penting, dan paling saya rekomendasikan. Karena sangat beresiko apabila kamera DSLR selalu ditenteng atau  digantungkan di leher, tidak ada alasan lagi untuk menunda membeli tas kamera setelah Exzo lovers memiliki kamera DSLR, karena tas kamera akan melindungi Body kamera dan Lensa. Selain itu juga untuk membawa battery cadangan,  cleaning kit, dll.

Cleaning Kit.
Cleaning  kit terdiri dari combo pen, kain microfiber, blower, sikat pembersih dan penyeka sidik jari. alat  ini berguna untuk membersihkan lensa dari bekas sidik jari, percikan air, dan debu dll.

Filter UV.
Dari namanya saja sudah jelas, bahwa fungsi dari tools ini adalah untuk filtering sinar UV. Tetapi bagi sebagian fotografer tools ini digunakan untuk melindungi lensa dari debu, kotoran dan goresan, bisa dikatakan tools multifungi. Harga sebuah filter UV terbilang Variatif, mulai dari Rp. 50.000 sampai dengn Rp. 1.000.000. tergantung pada kualitas filter.

Battery Cadangan.
Tools ini sering dianggap sepele, atau sering diabaikan orang. Padahal, tools ini sangat penting fungsinya. misalnya pada saat berlibur, atau pada saat hunting foto di alam terbuka dan tidak memungkinkan untuk charging battery, disini lah peranan penting kalau memilik battery cadangan. Battery cadangan bisa dibeli di toko perlengkapan kamera, atau via Online shop.

Tripod.
Tools yang satu ini wajib dipunyai kalau sudah terjun ke profesional. Karena merupakan faktor utama untuk menghasilkan jepretan yang tajam, foto dengan speed rendah, speed tinggi, foto diri sendiri, foto dengan cahaya rendah semuanya itu membutuhkan bantuan tripod. namun demikian, ada banya jenis tripod yang dapat dipilih, sesuaikan dengan kebutuhan saja.

Oke sobat Exzo, sekian dulu tips dari saya, semoga bermanfaat.

Kamis, 18 Oktober 2012

7 Tips Dalam Memilih Tas Kamera DSLR


Hai sobat Exzo, kali ini saya akan menulis tentang tips dalam memilih tas kamera DSLR, Tas kamera adalah salah satu kelengkapan penting bagi pemilik kamera, agar leluasa pada saat hunting foto atau saat jalan-jalan dan berpergian untuk mengabadikan momen-momen penting. sudah cukup intro nya sekarang mari kita bahas tips saat memilih tas kamera.

Pilih busa kompartemen tebal.
Busa untuk sekat kompartemen tebal akan mengurangi efek benturan pada body kamera atau lensa yang ada didalam tas. So.. pilihlah tas kamera yang mempunyai busa tebal untuk pemisah kompartemen, agar melindungi body kamera dan lensa terhadap benturan.

Sesuaikan dengan kebutuhan.
Yang saya maksud dengan sesuaikan dengan kebutuhan disini adalah, calon pembeli harus tahu apa yang kira-kira akan dibawa dalam tas yang akan dibeli. Karena ada bermacam-macam tools dan accesories untuk kamera, jadi pastikan dulu, apa yang akan dibawa dalam hunting. Misalkan hanya membawa peralatan standar, kita bisa memilih tas yang ukurannya tidak terlalu besar. Tetapi apabila sering berpergian ke penjuru nusantara atau bahkan ke luar negeri, alangkah baiknya jika memilih tas yang berukuran besar, yang bisa untuk memuat laptop, lensa, lampu flash dan accesories lain.

Cari info di Internet atau media lain.
Agar tahu spesifikasi tas yang ingin dibeli, dan supaya tidak menyesal di kemudian hari saat membeli tas via online shop, maka sebaiknya sebelum membeli tas kamera, kita mencari infonya di Internet. Apabila beli langsung ke toko kamera, saya sarankan ajaklah teman yang lebih tahu, dan lebih paham mengenai tas kamera.

Usahakan ada rain covernya.
Rain cover adalah pelindung hujan, rain cover sangat penting karena lapisan ini akan melindungi barang yang ada di dalam tas dari hujan dan air. Ini penting sekali pada saat sedang hunting di alam terbuka atau outdoor. Walaupun pada dasarnya bahan tas kamera DSLR sudah tahan air, tetapi lebih baik lagi pada saat hujan kita melapisinya dengan rain cover. Apabila sudah terlanjur membeli tas kamera yang belum ada rain covernya, kita bisa membelinya secara  terpisah di toko perlengkapan kamera.

Handmade Bag why not?
Apabila budget terbatas dan kebutuhan akan tas kamera sudah mendesak tidak ada salahnya membeli handmade bag. Sekarang ini sudah banyak produsen lokal yang bisa membuat tas kamera dengan model dan kualitas yang bagus, dengan harga terjangkau pula. Jangan meremehkan produk lokal, karena kualitasnya bisa disetarakan dengan tas kamera pabrikan, dan dengan harga relatif lebih murah.

sekian tips dari saya, semoga dapat membantu sobat Exzo dalam memilih  tas kamera yang sesuai dengan kebutuhan. sampai jumpa lagi pada postingan saya berikutnya.

Selasa, 16 Oktober 2012

0 Tips dan Trik Dalam Membeli Lighting Kit Bekas

Hallo para  penggemar dunia fotografi,  pada kali ini saya akan berbagi tips untuk anda yang akan membeli lighting kit bekas atau second, agar anda tidak mudah tertipu hanya karena tampilannya  yang masih ok, tapi ternyata sudah jelek kondisinya. berikut ini tips dari saya


  • Yang  paling utama saat kita mengecek keadaan lighting kit itu pastilah kita cek nyala  atau tidak.
  • Lihat perbedaannya dengan barang yang baru.
  • Cek putih tidaknya bulb, dan kestabilan WB nya.
  • Ukur kesetabilan lampu dengan light meter (kalau ada) coba dalam beberapa kali jepretan.
  • Cek dengan colormeter cek derajat kelvin nya masih sama atau setara atau tidak dengan yang baru.
  • Yang paling aman saat anda hendak membeli lighting kit bekas ajaklah teman anda yang lebih paham mengenai lighting kit studio pada saat anda melihat barangnya.

itu tadi beberapa tips dari saya, bagi anda yang akan membeli lighting kit bekas, semoga dapat membantu anda dalam memilih-milih barang second.

0 Apakah Light Meter Itu?

Light Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya atau mengukur jumlah cahaya yang masuk melalui alat ini. Alat ini erat kaitannya dengan dunia fotografi, karena di dalam dunia fotografi Alat  pengukur cahaya ini sering digunakan untuk menentukan exposure yang tepat untuk foto.

Biasanya light meter ini akan mencakup sebuah komputer digital maupun analog. Dan yang tidak kalah penting light meter ini bisa digunakan untuk mengecek kestabilan lampu studio pada saat kita mau membeli lampu studio bekas atau second. Gambar dari light meter seperti dibawah ini


Sabtu, 13 Oktober 2012

1 Tips Memilih Lampu Studio

Dalam kita mengambil keputusan dalam hal apapun, alangkah bijaksananya kalau kita tidak gegabah atau tergesa-gesa, demikian halnya dalam kita memilih-milih lampu studio, karena kita tidak tahu kebutuhan kita ke depannya  hanya mutlak didalam studio (indoor) atau untuk keperluan di lapangan juga (outdoor), jadi kita harus pertimbangan masak-masak sebelum kita mengambil keputusan. Selain itu ada banyak faktor lain, selain hal seperti yang saya sebutkan diatas, antara lain

BUDGET

Apakah budget kita leluasa, sedang atau terbatas.

Lampu studio tersedia dipasaran mulai dari yang harganya 600ribu rupiah perbuah hingga yang 15juta rupiah perbuah.

Atau untuk Studio Kit dengan basic set 2 lampu dengan tiang lampu dan standard softbox mulai dari paket Rp 6juta rupiah hingga yang 45juta rupiah.

Jaminan untuk anda adalah, semua merek apapun baik lampu yang murah atau pun yang mahal sekalipun, selama lampu studio tersebut menghasilkan intensitas cahaya 5000 hingga 5500 K (Kalvin satuan cahaya) boleh dikatakan sudah memadai jadi anda mau beli yang murah boleh dan beli yang mahal juga boleh tanpa was was kalau yang murah hasilnya tidak sebagus yang mahal.

LOKASI

Apakah kita hanya akan memotret di studio saja atau kita juga sering memotret outdoor entah untuk PreWedding atau Glamour dengan Mix light.

Umumnya pemotretan di Studio biasanya memakai lampu yang mempunyai ukuran Joule antara 1200 hingga 3200 joule flash energy (semacam satuan untuk mengukur cahaya) ada yang memakai satuan Flash power 1000 watt/second kalau atau ada yang untuk mudahnya kita pakai Guide Number atau sekian GN).

Sedang untuk pemotretan di Outdoor kalau sifatnya hanya untuk fiil in kita cukup dengan flash light dengan joule kecil antara 600 hingga 1000 joule saja sudah cukup.

Anda bisa lihat di spec dari lampu yang anda beli, setidaknya bisa tanya atau cari referensi atau lihat di website lampu tersebut.

Contoh spec lampu studio:

- Specifications –

Flash Power : 600Ws

F-stop : 78GN

Recycling time : 1.0 – 4.0s (my actual real world measurement)

Flash duration : 1/1000 – 1/2000s

Color temperature : 5200 – 5500°K

Modeling light : E27/250W

Modeling mode : proportion mode/full

Output precision ± 0.01EV

Charging indication buzz/modeling light

PORTABILITY

Misalnya jawaban pertanyaan anda diatas tentang lokasi adalah Outdoor.

Apakah dilokasi pemotretan outdoor itu cukup tersedia fasilitas listrik atau GenSet (pembangkit listrik protable) atau sama sekali tidak ada.

Kalau ternyata di lokasi tidak ada sumber listrik dan mobil anda bisa mencapai lokasi pemotretan atau setidaknya dekat dengan lokasi pemotretan tersebut anda tetap bisa mendapatkan tenaga listrik dari mobil anda.

Anda dapat gunakan inverter atau perubah arus dari DC(melalui lighter port pada dashboar mobil) dan mengeluarkan arus AC yang bisa digunakan untuk pemotretan. Inverter ini bermacam macam mulai dari yang outputnya 100 watt hingga 250watt dan ini cukup memadai untuk lampu studio flash.

Bila ternyata lokasi pemotretan ini jauh dari mobil anda atau ditengah tengah sawah atau pepohonan, anda dapat pertimbangkan menggunakan Portable Light yaitu lampu studio yang cukup dengan tenaga batere 12 volt dan portable.

Ada beberapa merek yang dapat anda pilih seperti Porta Light kalau tidak salah keluaran Bowen. lalu ada Mobilite dari Broncolor, Mobilite dari Visatec dan Mobilite dari Golden Eagle dan ada beberapa merek lain.

Harganya pun tergantung budget anda mulai dari yang persetnya Rp2.5 juta hingga yang Rp27juta.

ACCESSORIES

Lampu Studio membutuhkan beberapa asesorie agar bekerja maksimal, dengan mengetahui jenis apa pemotretan yang akan sering anda lakukan akan memudahkan anda menentukan asesories apa saja yang perlu dibeli.

Misalnya:

- Reflektor pada lampu studio, ada yang sudut pencahayaan yang dipancarkan (iluminasi rangenya 60 hingga 90 derajat, ada yang lebih lebar lagi hingga 120derajat atau lebih.

- Payung ada yang silver, gold dan transparant, ukuran diameter juga berbeda dan bahan juga berbeda dan pasti harga juga berbeda mulai dari harga 80ribu hinga harga 450ribu.

- Lalu pintu penutup lampu studio atau pelembut efek cahaya, apakah anda perlu Barn door, Snoot, Honey Comb, strip softbox, hard softbox.

- Filter lampu studio

- Dsb

Rabu, 10 Oktober 2012

0 Memahami Konsep Exposure

Pada postingan kali ini saya akan mengajak anda untuk memahami konsep exposure. Seringkali setelah membeli kamera digital baik slr maupun point & shoot, kita terpaku pada mode auto untuk waktu yang cukup lama. Mode auto memang paling mudah dan cepat, namun tidak memberikan kepuasan kreatifitas.

Bagi yang ingin “lulus dan naik kelas” dari mode auto serta ingin meyalurkan jiwa kreatif kedalam foto-foto yang dihasilkan, ada baiknya kita pahami konsep exposure. Fotografer kenamaan, Bryan Peterson, telah menulis sebuah buku berjudul Understanding Exposure yang didalamnya diterangkan konsep exposure secara mudah.

Peterson member ilustrasi tentang tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami exposure, dia menamai hubungan ketiganya sebagai sebuah Segitiga Fotografi. Setiap elemen dalam segitiga fotografi ini berhubungan dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan kamera.

Ketiga elemen tersebut adalah:
  • ISO – ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya
  • Aperture – seberapa besar lensa terbuka saat foto diambil
  • Shutter Speed – rentang waktu “jendela’ didepan sensor kamera terbuka
Interaksi ketiga elemen inilah yang disebut exposure. Perubahan dalam salah satu elemen akan mengakibatkan perubahan dalam elemen lainnya.

Perumpamaan Segitiga Exposure

Mungkin jalan yang paling mudah dalam memahami exposure adalah dengan memberikan sebuah perumpamaan. Dalam hal ini saya menyukai perumpamaan segitiga exposure seperti halnya sebuah keran air.
  • Shutter speed bagi saya adalah berapa lama kita membuka keran.
  • Aperture adalah seberapa lebar kita membuka keran.
  • ISO adalah kuatnya dorongan air dari PDAM.
  • Sementara air yang mengalir melalui keran tersebut adalah cahaya yang diterima sensor kamera.
Tentu bukan perumpamaan yang sempurna, tapi paling tidak kita mendapat ide dasarnya. sebagaimana anda lihat, kalau exposure adalah jumlah air yang keluar dari keran, berarti kita bisa mengubah nilai exposure dengan mengubah salah satu atau kombinasi ketiga elemen penyusunnya. Anda mengubah shutter speed, berarti mengubah berapa lama keran air terbuka. Mengubah Aperture berarti mengubah seberapa besar debit airnya, sementara mengubah seberapa kuat dorongan air dari sumbernya.




0 Apakah Shutter Speed itu?

Secara definisi, shutter speed adalah rentang waktu saat shutter di kamera anda terbuka. Secara lebih mudah, shutter speed berarti waktu dimana sensor kita ‘melihat’ subyek yang akan kita foto. Gampangnya shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula.

Supaya mudah, kita terjemahkan konsep ini dalam beberapa penggunaannya di kamera:

  • Setting shutter speed sebesar 500 dalam kamera anda berarti rentang waktu sebanyak 1/500 (seperlimaratus) detik. Ya, sesingkat dan sekilat itu. Sementara untuk waktu eksposur sebanyak 30 detik, anda akan melihat tulisan seperti ini: 30’’
  • Setting shutter speed di kamera anda biasanya dalam kelipatan 2, jadi kita akan melihat deretan seperti ini: 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30 dst. Kini hampir semua kamera juga mengijinkan setting 1/3 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapat; 1/500, 1/400, 1/320, 1/250, 1/200, 1/160 … dst.
  • Untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil foto yang berbayang (blur/ tidak fokus). Kita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod atau menggunakan fitur Image Stabilization.
  • Batas shutter speed yang aman lainnya adalah: shutter speed kita harus lebih besar dari panjang lensa kita. Jadi kalau kita memakai lensa 50mm, gunakan shutter minimal 1/60 detik. Jika kita memakai lensa 17mm, gunakan shutter speed 1/30 det.
  • Shutter speed untuk membekukan gerakan. Gunakan shutter speed setinggi mungkin yang bisa dicapai untuk membekukan gerakan. Semakin cepat obyek bergerak yang ingin kita bekukan dalam foto, akan semakin cepat shutter speed yang dibutuhkan. Untuk membekukan gerakan burung yang terbang misalnya, gunakan mode Shutter Priority dan set shutter speed di angka 1/1000 detik (idealnya ISO diset ke opsi auto) supaya hasilnya tajam. Kalau anda perhatikan, fotografer olahraga sangat mengidolakan mode S/Tv ini.
  • Blur yang disengaja – shutter speed untuk menunjukkan efek gerakan. Ketika memotret benda bergerak, kita bisa secara sengaja melambatkan shutter speed kita untuk menunjukkan efek pergerakan. Pastikan anda mengikutkan minimal satu obyek diam sebagai jangkar foto tersebut. 


0 Apa itu Depth of Field?

Depth of Field atau DOF apa itu...? mungkin ini yang terselip di benak para pembaca atau penghobi fotografi yang masih pemula, disini akan saya jelaskan mengenai definisi Depth of Field atau sering disebut juga f-stop. DOF, atau Depth of Field, untuk mudahnya bisa dijelaskan sebagai “bagian dari foto yang kelihatan tajam”.

Teorinya begini: lensa hanya bisa fokus di satu jarak tertentu, dan pada titik fokus ini gambar akan kelihatan paling tajam. Sedikit maju atau sedikit mundur dari titik ini maka gambar akan mulai blur secara gradual. Namun, karena kemampuan mata kita terbatas, perubahan ketajaman yang sedikit demi sedikit ini belum tentu tertangkap mata. Nah, area yang bagi mata masih bisa dianggap tajam inilah yang disebut Depth of Field.

Di fotografi, area ini bisa besar, bisa juga kecil. Bila kita melihat foto pemandangan di mana gambar terlihat tajam dari ujung ke ujung, itu berarti depth of field nya besar. Kalau kita melihat foto closeup di mana hanya obyeknya saja yang tajam sementara latar depan dan latar belakangnya tampak blur, maka depth of field nya lebih kecil.

Semakin besar depth of field, semakin besar area di foto yang tampak tajam. Semakin kecil depth of field semakin sempit area di foto yang tajam.

Lalu bagaimana mengatur depth of field ketika memotret?

Depth of field bergantung pada tiga faktor: jarak obyek, panjang lensa, dan besar kecil bukaan lensa (aperture). Jadi kalau jarak sama, dan lensa yang dipakai sama, maka untuk mengubah depth of field kita harus mengatur besar-kecil aperture.

Bicara besar kecil aperture sampailah kita ke istilah f-stop, atau f-number. Pernah dengar kan? Angka f-stop yang lazim misalnya f/4, f/16 atau f/22. Ini dia yang dimaksud dengan besar kecil aperture. Tidak usah bingung, ini rumus sederhana yang bunyinya: panjang fokus (f) dibagi dengan diameter aperture. Semakin besar angka diameter aperture, semakin kecil-lah nilai f-number kita (ya iya lah, angka pembagi makin besar, ya hasil pembagiannya jadi makin kecil)

Teorinya: semakin besar f-number, depth of field akan makin besar, semakin kecil f-number, depth of field makin kecil.

Jadi: Semakin besar f-number, semakin banyak area yang tajam, semakin kecil f-number, semakin sedikit area yang tajam.

Memakai f/16 atau f/22 misalnya, akan membantu untuk memotret pemandangan, karena dari ujung ke ujung gambar akan kelihatan tajam. Untuk gambar yang sama, memakai f/4 atau f/2.8 akan membantu untuk mengisolasi suatu obyek tertentu di dalam gambar, agar menjadi lebih dominan dari sekelilingnya.

Ah, ini sih hanya buat SLR. Kamera poket tidak bisa.
Siapa bilang? Di kamera digital yang mini pun tersedia fasilitas Aperture Priority. (Tentu hasilnya tidak sama dengan SLR, karena di kamera mini kita tidak bisa gonta-ganti lensa. Ingat di atas, depth of field juga bergantung pada panjang lensa).

Untuk ‘bermain-main’ depth of field kita tidak harus pakai SLR…

lihat ilustrasi gambar di bawah ini

menggunakan f-stop besar


menggunakan f-stop kecil




Selasa, 09 Oktober 2012

0 Apakah Aperture Itu?

Pada postingan saya kali ini akan saya jelaskan mengenai aperture. Aperture adalah besarnya bukaan dari lubang diafragma pada lensa kamera. Aperture mendefinisikan besarnya bukaan diafragma sebuah lensa. Gunanya untuk mengontrol cahaya yang masuk ke sensor pada kamera lewat bukaan pada lensa. Aperture mengacu pada ukuran lubang di lensa yang menentukan jumlah cahaya yang jatuh ke film atau sensor. Ukuran lubang (bukaan) dikendalikan oleh diafragma yang bisa disesuaikan mirip dengan pupil mata kita. Aperture mempengaruhi Exposure dan Depth of Field. Sama seperti shutter speed, ukuran bukaan merupakan setengah dari ukuran bukaan sebelumnya. Untuk mencapai hal ini, diafragma mengurangi diameter aperture dengan faktor 1,4 (akar kuadrat dari 2) sehingga permukaan aperture menjadi setengah kali lebih kecil.

Karena prinsip-prinsip dasar optik, ukuran aperture mutlak dan diameter tergantung pada panjang fokus (focal length). Sebagai contoh, diameter aperture 25mm pada lensa 100mm memiliki efek yang sama seperti diameter aperture 50mm pada lensa 200mm. Jika kita membagi diameter aperture dengan focal length, hasilnya sama dengan 1/4 pada contoh tersebut, terlepas dari focal length. Menggambarkan aperture sebagai pecahan dari focal length lebih praktis bagi para fotografer daripada menggunakan ukuran aperture mutlak. “Aperture relatif” ini disebut dengan f-number atau f-stop. Pada laras lensa, contoh 1/4 di atas ditulis sebagai f/4 atau F4 atau 1:4.

Dari situ dapat diketahui aperture berikutnya akan memiliki diameter yang 1,4 kali lebih kecil dari aperture sebelumnya, sehingga f-stop setelah f/4 akan f/4 x 1/1.4 atau f/5.6. Menurunkan ukuran aperture dari f/4 ke f/5.6 akan membagi dua jumlah cahaya yang masuk, terlepas dari focal length. Lensa modern menggunakan skala f-stop standar, yang merupakan urutan dari angka yang sesuai dengan faktor akar kuadrat dari 2 (atau 1,41), misalnya: f/1, f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, f/32, f/45, f/64, f/90, f/128, dst. Nilai-nilai tersebut adalah hasil pembulatan agar lebih mudah untuk diingat. Urutan di atas dapat diperoleh dari:

 f/1 =f/1, f/1.4 =f/1.4, f/2 =f/2, f/2.8 =f/2.8

berikut ini ilustrasinya:



Semakin tinggi f-number, ukuran aperture akan semakin kecil (karena f-number adalah pecahan dari focal length).


1 Arti Istilah Pada Lensa Nikon

Berikut ini akan saya jelaskan mengenai istilah yang di pakai oleh Nikon untuk produk lensanya, Pemakai kamera DSLR Nikon sebagian besar tentunya juga memakai lensa Nikon. Hal ini dikarenakan lensa Nikon memiliki kualitas optik yang amat baik dan tentunya mempunyai banyak pilihan lensa yang tersedia. Dengan semakin berkembangnya teknologi lensa, kini istilah yang biasa dipakai pada lensa Nikon semakin banyak dan kadang-kadang membingungkan untuk sebagian orang.

Sebagai contoh, bagaimana maksud dari Nikkor AF-S DX 18-200mm 1:3.5-5.6G VR IF ED? Barangkali catatan kecil ini ada gunanya.

  • Nikkor >>> Nama untuk lensa buatan Nikon.
  • AF-S >>> Lensa Nikon yang memiliki motor ‘SWM’ sehingga proses auto fokus dilakukan di lensa, bukan pada bodi kamera. Lensa AF-S diyakini lebih cepat dan akurat dalam urusan auto fokus dibanding lensa AF lainnya.
  • DX >>> Lensa Nikon khusus untuk DSLR Nikon berformat DX (memiliki sensor APS-C). Lensa ini memiliki lingkar gambar lebih kecil dari lensa Nikon lain, sehingga memiliki ukuran yang juga lebih kecil. Apabila lensa ini dipasang pada DSLR Nikon berformat FX seperti Nikon D3, maka akan terjadi vignetting.
  • G >>> Menyatakan ketiadaan aperture ring pada lensa. Pemilihan nilai aperture hanya bisa dilakukan melalui dial kamera (kamera SLR Nikon lama tidak kompatibel dengan lensa G ini).
  • VR >>> Vibration Reduction, teknologi stabilizer pada lensa untuk meminimalisir getaran tangan saat memotret pada kecepatan rendah. Dengan memakai lensa VR kemungkinan gambar blur dapat dihindari karena elemen VR akan mengkompensasi getaran, kemampuannya hingga 3-4 stop.
  • IF >>> Internal Focusing, proses auto fokus terjadi didalam lensa sehingga tidak ada bagian luar lensa yang berputar saat lensa mencari fokus. Ini memungkinkan penambahan filter tertentu pada bagian depan lensa.
  • ED >>> Extra low Dispersion, elemen lensa khusus yang ditujukan meningkatkan kontras dan ketajaman dengan meniadakan penyimpangan warna saat cahaya memasuki bagian lensa / chromatic aberration.

Jadi kesimpulannya lensa tadi memiliki arti lensa Nikon berformat DX yang memiliki motor fokus pada lensa, memiliki jangkauan zoom terdekat di 18mm, terjauh di 200mm dengan diafragma maksimal pada saat wide di f/3.5, terjauh di f/5.6, memiliki teknologi stabilizer VR, tidak memiliki aperture ring, dilengkapi elemen lensa ED dan sistem mekanisme auto fokusnya secara internal. Karena lensa DX dirancang untuk dipasang di kamera Nikon DSLR bersensor APS-C, maka akan terkena crop factor 1,5x sehingga jangkauan efektifnya setara dengan 27-300mm.

Untuk Istilah Pada Lensa Nikon lainnya, masih banyak istilah lain yang biasa dipakai. Inilah diantaranya:

  • SIC >>> Super Integrated Coating, lapisan khusus untuk menghilangkan flare saat lensa terkena cahaya matahari.
  • N >>> Nano crystal coat, lapisan lensa yang juga dipakai untuk mengurangi flare dan ghosting.
  • Asph >>> Aspherical lens, lensa khusus untuk mengurangi distorsi dan penyimpangan warna.
  • D >>> Distance information, untuk memberikan informasi tentang jarak objek ke kamera sehingga membantu kerja sistem Matrix metering dan iTTL flash.
  • DC >>> Defocus Control, untuk mengubah-ubah variasi bokeh sehingga foto portrait dapt memiliki background yang blurnya sesuai.
  • Micro >>> Istilah untuk lensa khusus makro.
Itulah beberapa istilah dari lensa Nikon, barangkali ada gunanya bagi anda para pemakai dan calon pemakai kamera SLR Nikon. Semoga bermanfaat

Senin, 08 Oktober 2012

0 Tips Membeli Lensa Bekas

Dengan harga lensa baru yang semakin mahal, banyak dari kita yang memilih untuk membeli lensa bekas atau lensa second hand untuk berhemat. Lensa bekas adalah alternatif memikat karena harganya yang relatif lebih murah dan kalau kita bisa mengevaluasi kualitas sebuah lensa bekas maka kita bisa mendapatkan lensa bekas yang memang masih terjamin kualitasnya. Di artikel ini, saya akan coba menjelaskan keuntungan membeli lensa bekas serta bagaimana cara membelinya secara aman supaya terhindar dari salah beli.

Kenapa Membeli Lensa Bekas?
Alasan utama tentu saja mengemat biaya. Harga lensa bekas biasanya direntang 30% lebih murah dibanding kondisinya barunya, malah untuk lensa yang sudah berumur lebih tua kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah lagi.

Membeli Lensa Bekas Orang, Apakah Resikonya?
Sama seperti membeli mobil bekas, membeli motor bekas dan apapun yang kondisinya sudah tidak sempurna, semua mengandung resiko. Yang perlu kita lakukan adalah meminimalkan resiko yang ada. Ada beberapa tindakan yang perlu kita lakukan untuk meminimalkan resiko tersebut. Nah, pada artikel ini saya akan berusaha membantu anda supaya bisa meminimalkan resiko membeli lensa bekas tersebut.

Bukankah Lensa Bekas Biasanya Dijual Karena Ada Cacatnya?
Kehidupan di dunia ini memang selalu abu-abu, namun itu yang bikin hidup kita bergairah bukan. Hanya karena sebuah barang dijual bukan berarti barang tersebut rusak atau cacat. Saya punya tetangga yang punya gerai mobil bekas, dan mayoritas orang yang menjual mobil bekas adalah karena mereka membutuhkan uang atau ingin membeli mobil baru tapi harus menjual mobil lama mereka terlebih dahulu.

Orang menjual lensa zoom karena mereke kepincut kehebatan lensa prime  dan ingin berganti memakai lensa prime. Orang menjual lensa generasi lama karena keluar generasi yang lebih baru. Orang menjual lensa makro karena mereka dulu tergesa-gesa membeli tanpa menyadarai sebenarnya minat mereka tidak disitu. Si A ingin mengambil spesialiasi portrait dan menjual lensa wide anglenya. Tentu ada yang menjual lensa mereka karena ada jamur didalamnya, karena autofokus lensanya tidak akurat dan tentu ada juga lensa yang dijual karena mereka barang curian. Nah tugas kita adalah menyaring yang seperti ini dan membeli benar-benar dari mereka yang menjual dengan motivasi positif dan jujur, kalaupun ada cacatnya yang bisa dideteksi dari awal atau lebih baik lagi mereka bilang sejak awal. Saya pernah terpaksa menjual sebuah lensa yang autofokusnya ngaco dengan harga yang sangat murah, dan orang yang membelinya adalah yang tidak butuh autofokus karena mereka selalu memotret dengan manual fokus.

Beberapa Tips Membeli Lensa Bekas
Ini adalah beberapa panduan yang bisa anda lakukan sebelum membeli sebuah lensa bekas untuk me-minimalisir resiko yang sudah diterangkan diatas:

  • Periksa kondisi fisik optik lensa. Anda harus memeriksa bagian optik lensa dan mengamati kalau-kalau ada jamur di lensa, goresan atau debu. Jenis cacat seperti ini seharusnya mudah dilihat. Goresan kecil dan debu di bagian depan dan belakang lensa bisa menjadi bahan tawar menawar yang masuk akal. Jamur kalau ditemukan cukup mengkhawatirkan dan anda harus mengevaluasi apakah mudah dihilangkan 
  • Cek focusing ring dan zoom ring. Zoom ring adalah bagian yang diputar untuk zooming lensa, focusing ring adalah bagian yang diputar untuk mengubah titik fokus saat di manual fokus. Keduanya harusnya bisa diputar dengan mulus tanpa hambatan. Kalau terasa terhalang, mungkin ada serpihan didalamnya yang cukup mengkhawatirkan karena bisa merusak.
  • Cek kerja autofokus. Kecepatan sistem autofokus lensa bergantung pada kualitas lensa dan juga kamera. Ada beberapa lensa yang memang dari sananya lumayan lelet mengunci fokus, namun kalau anda membeli lensa berharga mahal, harusnya mereka mengunci fokus dengan mudah dan akurat. Pastikan sistem autofokus akurat dan cobalah cek dengan mode single ataupun continuous focus.
  • Bawalah laptop saat bertemu dengan penjual. Untuk apa membawa laptop? Agar kita bisa mengevaluasi hasil foto dari lensa tersebut. Cobalah pasang lensa ke kamera anda lalu pindah foto ke laptop supaya anda bisa zoom maksimal untuk memeriksa cacat, misalnya autofokus yang selalu meleset atau problem centering.
  • Membeli lensa bekas paling ideal: membeli dari orang yang anda kenal langsung. Hal ini bisa menghindari banyak sekali resiko karena kita tahu reputasi kenalan kita tadi. Kalau anda membeli lensa bekas dari teman yang tidak memakai lensa tadi, kita bisa tahu riwayat pemakaian serta bisa mencoba dan mengujinya secara leluasa terlebih dahulu. 
  • Kalaupun harus membeli dari orang yang tidak dikenal, usahakan ketemu secara fisik. Banyak yang merasa aman bertransaksi jarak jauh untuk sebuah nilai transaksi Rp 500 ribu misalnya. Namun kalau anda membeli lensa bekas seharga motor, saya sarankan harus bertemu dengan penjual secara langsung supaya tidak membeli kucing dalam karung. Anda harus memeriksa kondisi optik, kinerja mekanis dan fisik lensa dan sebagainya.
  • Pastikan lensa tidak memiliki centering problem. Cobalah memotret tembok bata atau obyek yang memiliki pattern yang berulang. Kemudian amati kualitas foto, kalau foto dibagian kanan sama bagusnya dengan foto bagian kiri maka lensa tersebut tidak memiliki problem centering.
  • Ingat-ingat prinsip ini: berhati-hatilah dengan barang yang too good to be true. Kalau anda membeli lensa yang harga barunya Rp. 20 Juta dan kondisi bekasnya hanya dihargai Rp. 5 Juta padahal umurnya baru setahun, maka anda harus berpikir ulang, masuk akal nggak sih? jadilah rasional dan teliti.

Intinya adalah, selalu periksa lebih dulu lensa second yang ingin anda beli seteliti mungkin. Ikuti tips diatas dan selalu waspada. Prioritaskan membeli dari orang yang anda kenal atau dari komunitas foto lokal dimana anda sering ikut nimbrung disitu. Kalaupun membeli dari orang yang belum anda kenal dan menggunakan forum atau situs jual beli online, utamakan membeli dari penjual dalam satu kota sehingga bisa bertemu langsung dengan penjual dan bisa memeriksa secara fisik lensa incaran anda sebelum membayar.



sumber http://belajarfotografi.com/tips-membeli-lensa-bekas/

Sabtu, 06 Oktober 2012

0 Panduan Teknik Fotografi Makro bagi Pemula

Defenisi klasik fotografi makro adalah ukuran objek foto pada negatif film, ukurannya sama dengan objek nyata, dengan kata lain rationya 1:1.

Seiring kemajuan teknologi yang menghasilkan fotografi digital, defenisi fotografi makro pun berubah menjadi lebih dinamis yaitu teknik pengambil foto objek dalam jarak yang sangat dekat, berkisar antara 10-60 cm dari lensa kamera. Sedangkan jarak yang lebih dekat dari 10 cm, bisa dikatakan telah memasuki wilayah fotomikrografi.

Defenisi inipun menjadi rancu karena bisa saja pada saat pengambilan foto jarak objek dengan lensa, katakanlah 2 meter, bisa “direkayasa” menjadi fotografi makro. Hal ini bisa dilakukan pada foto yang memiliki resolusi yang sangat tinggi misalnya 40 megapixel. Misalnya mengambil foto seseorang dari jarak 2 meter dari lensa, lalu pada saat pengeditan, bagian mata di zoom atau diperbesar (magnification) trus di cropping, maka jadilah fotografi makro 

Tips Teknik Memperoleh Hasil Foto Makro yang Bagus

Tujuan umum fotografi makro adalah untuk mendapatkan detail objek. pada fotografi makro hal-hal yang perlu ditekankan adalah:

  • Memiliki Tujuan; untuk memperoleh hasil yang maksimal penting diketahui tujuan pengambilan fotografi makro, apakah hanya untuk sekedar iseng, seni, kepentingan ilmiah, pemberitaan atau promosi produk, dengan demikian kita bisa fokus. Biasanya untuk kepentingan ilmiah dan pemberitaan lebih mengutamakan “pesan foto” daripada keindahannya (seni), namun akan menjadi foto yang hebat apabila keduanya dapat disatukan.
  • Menggunakan manual fokus (kalau ada pada kamera tentunya), karena seringkali autofokus “tidak mengetahui” bagian mana yang kita inginkan dari objek untuk difokuskan.
  • Menggunakan fitur self timer kamera, sehingga kamera benar-benar bebas dari goncangan.
  • Sebaiknya tidak menggunakan flash khususnya pada objek yang sangat dekat (lebih dekat dari 10-30 cm), penerangan objek dapat dilakukan dengan mengarahkan objek pada sumber cahaya. untuk penerangan pada benda bergerak (serangga, dll) menggunakan senter atau lampu baca
  • Menggunakan penyangga kamera; fotografi makro sangat sensitif terhadap goncangan, gunakan monopod, bipod, tripod, tetrapod atau benda-benda lain sebagai penyangga kamera misalnya buku atau kardus
  • Menggunakan lensa khusus makro atau mengaktifkan modus makro pada kamera.
  • Menggunakan mode aperture priority (bukaan lensa) lebar/nilai f rendah, ISO (sensifitas sensor kamera terhadap cahaya) rendah dan shutter speed relatif tinggi. Maaf untuk pembaca, khususnya kepada fotografer pemula, tips terakhir ini memang relatif sulit tapi akan gampang apabila benar-benar minat akan fotografi.


sebagaimana ditulis oleh Rahmad Agus Koto, author pada : kompasiana.com
 

extremezooming Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates